Sekilas lomba makan kerupuk ini tampak sangat sederhana. Peserta yang mayoritas anak-anak akan ditantang adu cepat menyantap kerupuk. Tak semudah yang dibayangkan, kerupuk yang diadu ini akan digantung pada seutas tali. Peserta harus makan mengandalkan mulut saja tanpa melibatkan bantuan tangan.
Kerupuk yang bergoyang di atas tali ini membuatnya sulit dimakan, alhasil butuh perjuangan ekstra untuk menyantap habis kerupuk putih berbentuk bulat ini.
Di balik kesederhanaan lomba makan kerupuk, ada filosofi di baliknya. Usaha dan perjuangan menghabiskan kerupuk ini digambarkan sebagai perjuangan rakyat Indonesia saat melawan penjajah.
Di tambah, dahulu kerupuk sudah termasuk makanan mewah. Olahan kerupuk yang dimakan dengan nasi atau tiwul dianggap istimewa bagi rakyat zaman dahulu. Inilah sebabnya, kerupuk dijadikan lomba agar semangat perjuangan tetap melekat di jiwa anak-anak.
Di akhir lomba, peserta yang mampu menghabiskan kerupuk paling cepat akan berhak mendapat hadiah. Hadiah inilah yang diibaratkan sebagai buah dari perjuangan yakni kemerdekaan.
Kini lomba makan kerupuk semakin inovatif. Bukan hanya kalangan anak-anak, panitia lomba Agutusan bahkan mempersilahkan para ibu dan bapak untuk ikut serta mengikuti lomba makan kerupuk.
Uniknya lagi, kini ada lomba makan kerupuk yang bagian talinya dikaitkan dengan kaki. Sehingga untuk menghabiskan satu keping kerupuk dirasa sangat sulit.
Agustusan kali ini pemerintah masih melarang dan membatasi kegiatan sosial, termasuk gelaran lomba Agustusan. Diperkirakan, tidak ada lomba makan kerupuk yang bisa jadi tontonan seru karena pandemi Corona yang melanda Indonesia.
Bagaimana dengan perlombaan di tempatmu? Masih adakah lomba makan kerupuk? Atau ada lomba lainnya yang tak kalah unik? Coba sebutkan di kolom komentar, ya!